“Majnun (Si Gila)”
Namaku rizki, aku hanyalah seorang pemuda biasa yang hidup dengan
serba sederhana. Tapi aku bersyukur sebab aku dikaruniani seorang istri yang
baik yang senantiasa menghibur hatiku. Kehadirannya dalam hidupku membuatku sangat-sangat
bahagia, senyumnya yang manis menjadi penyejuk hari-hariku. Aku berjanji
padanya kalau aku akan senantiasa membuatnya selalu tersenyum dan bahagia dalam
hidupnya. Aku juga berjanji kalau aku akan selalu melindunginya.
Pagi hari ketika aku sedang berduaan dengan istriku di ayunan taman
kota, tiba-tiba ada seorang pria datang yang tak ku kenal mencoba mendekatiku
dan istriku diayunan, kemudian pria itu mendekat disebelah istriku sambil
memegang penyangga ayunan dekat istriku lalu dia memerhatikan istriku dengan
jarak yang sangat dekat sekali. Tentu saja aku tak suka melihat pemandangan
seperti ini.
“Hei, kanapa kamu liat-liat istriku? Lagi liburan sama istri malah
kamu ganggu. Pergi nggak kamu! Cepat pergi! Ganggu orang saja.” Tegur rizki dengan
nada tinggi.
“Iya bang. Maaf.”
Tak akan aku biarkan seorangpun menyakiti dan melukai istriku. Jika
aku melihat istriku ngambek, cemberut, pasti aku akan senantiasa berusaha untuk
membuat dia tersenyum kembali entah bagaimanapun caranya.
Pukul 20.00 wib aku mengajaknya makan malam disalah satu warung
makan sederhana kesukaannya.
‘Mas, pesan mas!”
“Iya, mau pesan apa, mas?” jawab pelayan.
“Em.. pesan Nasi Goreng Special dua, minumnya es teh dua.”
(Si pelayan agak bingung dengan salah satu pelanggan satu ini.)
“Nasi Goreng Spesial dua, es
teh dua? Buat dua orang mas?’
“Iya lah, kalau aku pesan satu ya buat satu orang, kalau pesan dua
ya dua orang, nggak liat apa aku sama istriku?”
Si pelayan kaget mendengarkan apa yang di katakannya.
“iya mas. Maaf ya mas.” Jawab pelayan dengan cepat.
***
“Mas, kita ke rumah kak reza yuk! Aku kangen sama kakak mas.”
“Iya, ayok, dek.”
Pagi ini istriku meminta untuk ke rumah kakaknya. Aku langsung
mengiyakan permintaannya itu. Apapun yang ia minta walaupun harus berkorban
meneteskan darah aku tetap akan melakukan untuk istriku tercinta.
“Assalamu’alaikum, mas.”
“Wa’alaikumsalam. Kamu ngapain datang kesini?”
Rizki melihat ketika istrinya mengulurkan tangan sebagai tanda
sungkem dengan kakaknya ternyata sang kakak enggan melakukannya.
“Kak, kalau emang kak reza marah, marah sama aku aja kak. Kenapa
sih kak? Sampai di ajak salaman sama adeknya sendiri nggak mau.” Ucap rizki
dengan nada tinggi.
Terlihat muram wajah sang kakak ketika rizki berkata seperti itu.
Tanpa banyak bicara, ia langsung menarik tangan rizki mengjaknya keluar dari
rumah.
“Ayok, ikut aku!” sambil menarik tangan rizki.
“Kemana kak? Kak, kita kemana?” jawab rizki ketika reza terus
menarik tangannya mengajak keluar rumah.
Ketika menuruni tangga rizki menoleh kebelakang melihat istrinya
itu tidak mengejarnya. Dia hanya mengabaikan, melihat ketika suaminya dipaksa
ditarik kakaknya untuk keluar rumah.
“Sayang.. sayang..” Kata rizki ketika melihat istrinya hanya diam
saat ia diajak keluar oleh kakaknhya.
Rizki terus ditarik-tarik tangannya oleh reza, dengan wajah
memerah, mata mulai berkaca-kaca ketika menarik adiknya itu. Ia terus menarik
sampai akhirnya berada di salah satu tempat yaitu pekuburan.
Rizki menggaruk-garuk kepala dengan kedua tangannya. Ia terlihat
bingung, sedih, matanya mulai berkaca-kaca ketika sampai di pekuburan. Rizki
menolah-noleh ke kiri, kanan, dan belakang. Dalam hati kecilnya rizki berkata
“kenapa kakak mengajakku ke tempat ini?”
“Asal kau tau ya riz, kalau adikku winda, isterimu itu sudah
meninggal.” Hardik kakak dengan nada tinggi.
“Kau lihat ini! Lihat!” lanjut kakak sambil jari telunjuknya
menunjukkan batu nisan yang bertulis nama Winda Tari Wafat 12-08-2017.
“Kau lihat kan riz! Adikku sudah meninggal dua bulan yang lalu.
Tapi, kenapa kau masih saja tidak menerima kenyataan ini. Kenapa kau tidak
menerima takdir ini riz!”
Kini keduanya mulai meneteskan air mata. Ternyata orang yang selama
ini sangat di cintai oleh rizki sudah meninggal. Ia tak sadar saat
kesehariannya berjalan-jalan ditaman seperti orang gila yang sedang berbicara
sendiri. Saat makan di warung memesan dua porsi padahal ia sendirian. Kalau
ditanya pelayan ia menjawab kalau di depannya ada orang.
Dimata orang-orang rizki sudah terkenal sebagai orang yang gila
karna cinta. Melihat keadaan rizki semakin hari semakin parah, reza sebagai
kakak ipar selalu mengikutinya dari belakang saat kemanapun. Terkadang sang
kakak juga menyuruh salah satu orang untuk mendekati rizki saat terlihat
berbicara sendiri seperti yang sering dilakukannya ditaman ataupun di warung
makan.
Reza merasa kasihan melihat adik iparnya yang setiap hari
bertingkah seperti itu. Dan mungkin ini adalah salah satu saat yang tepat untuk
menyadarkannya kalau istri yang ia cintai atau adiknya itu sudah meninggal.
“Sudah, kak. Diam! tidak. Tidak mungkin, winda masih hidup. Tidak..
apapun yang kau katakan, aku tidak peduli. Tidak..”
Rizki berlari dengan penuh air mata meninggalkan pekuburan setelah
ditunjukkan batu nisan yang bertulis Winda Tari. Sampai di depan jalan raya
masih berlari dan tiba-tiba ia menyebrang tidak memerhatikan sekelilingnya,
dari arah kanan ada mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi.
“tiiiinnn…” suara klakson mobil
“Bug”
Rizki tergeletak dijalan raya, kepalanya penuh dengan darah.
Sisa-sisa nafas terakhirnya tiba-tiba ia teringat bahwa istri yang ia cintai yaitu winda tari
juga mengalami hal yang sama sampai akhirnya meninggal.
Malam itu mereka berdua selesai makan malam di tempat favoritnya.
“sayang, enak banget ya masakannya.” Kata winda
“iya, mau lagi? Besok aku beliin sepuluh lagi deh.” Jawab rizki
“beneran sayang? Janji ya!”
“iya sayang, janji.”
“yee..”
“oh iya, hp ku tertinggal tadi disana di atas meja, bentar ya
sayang aku ambil dulu.” Lanjut winda.
“ya, sayang. Jangan lama-lama ya!”
Winda mengambil hpnya sendirian dengan perasaan gugup dan lari-lari
kecil sampai dijalan raya. Saat menyebrang ia lupa tak melihat kanan kirinya
apakah sudah sepi atau ramai. Dari arah kanan ada mobil yang melaju dengan
kecepatan tinggi. Dia menjerit. “Aaaaaa…” mendengar jeritan, rizki langsung
berlari menghampiri dari mana asal jeritan itu sampai akhirnya tepat berada di
depannya kalau winda telah mati tertabrak mobil. Seketika itu airmata rizki
bercucuran sangat deras.
Kini rizki menutup usia menyusul kekasihnya. Cinta itu memang tidak
bias dipadu dengan akal, kalau cinta dipadu dengan akal akan terbakar walau
seribu akalmu. Kehilangan orang yang yang tersayang adalah satu perkara yang
menyakitkan namun janganlah kesedihan itu akhirnya memakan diri kita sendiri.
Rembang, 19 juni 2020
Muhammad Bahauddin Haidar, Pria
kelahiran Rembang 18 oktober 1999 ini adalah salah satu Santri Sarang, Rembang.
Dari hampir sepuluh ribu santri dipesantren tempatnya belajar, ia pernah menjadi
buronan utama keamanan akibat terlalu sering kabur menunaikan ibadah ngopi
disembarang waktu. Penulis saat ini sedang
menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Kamal Sarang.
0 Komentar