Ada sebuah fenomena yang perlu dicermati dalam kaitanya Idul Fitri ini. Karena pada kenyataanya, dari tahun ke tahun, tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Islam hampir tidak jauh berbeda.
Tradisi yang monoton itu adalah tradisi konsumtif masyarakat kita menjelang Idul Fitri, sebuah tradisi yang mungkin bisa dikatakan kurang baik. Karena setiap tahun menjelang Idul Fitri masyarakat kita asyik berbelanja, baik pakaian maupun makanan-makanan.
Memang tradisi ini tidak ada yang melarang, dan bahkan tidak berhak untuk dilarang, akan tetapi paling tidak tradisi ini dalam pandangan saya, tradisi ini perlu direnungkan kembali. Sampai dimanakah sisi kebaikan tradisi konsumtif ini? Karena pada saat yang bersamaan, tidak sedikit dari saudara-saudara kita yang kekurangan, dan benar-benar membutuhkan bantuan, uluran tangan kita.
Penulis juga menemui salah satu temannya, yang bernama Dwi Novianto menuturkan bahwasanya membeli fashion di Idul Fitri tahun ini sampai 3 Hem, 2 Celana, dan 2 baju.
"Memang momen Idul Fitri biyasanya masyarakat kita berbondong-bondong membeli fashion terlalu akut untuk tampil beda, tanpa disadari saya sendiri pun ikut tradisi semacam itu," ujar Dwi pria umur 21 tersebut.
Tradisi lain yang juga tidak jauh berbeda adalah tradisi silaturrahim. Tradisi yang sudah bertahun-tahun dipertahankan oleh umat Islam sebagai tradisi yang baik.
Dan nyatanya dimasa pandemi seperti ini pembatasan untuk bermaaf-maafan, saling minta maaf dan memberi maaf atas semua kesalahan dan kekhilafan yang telah dilakukan. Dua tahun ini mulai tradisi semacam itu akan mulai bergesar dan dialihkan lewat online.
Bagaimana tidak? Kalau dulu pada saat idul fitri, semua orang saling bertamu dari satu rumah ke rumah lainnya, baik yang dekat maupun yang jauh, untuk silaturrahim meminta maaf.
Lebih dari itu, dengan adanya pandemi dan kemajuan teknologi, nilai-nilai kebersamaan, persaudaraan, dan bahkan kekeluargaan sudah mulai hilang, terkikis sedikit demi sedikit memang rasanya sudah terasa.
Sebuah perubahan yang memberi dampak cukup signifikan terhadap nilai-nilai tersebut. Seseorang tidak lagi bersusah payah untuk bertemu dari satu rumah ke rumah yang lain untuk meminta maaf, melainkan cukup dengan telepon atau Whatshapp, Vidio call saja untuk meminta maaf.
Penulis: Habibur Rohman
Editor: Abdul Azis
0 Komentar