Oleh : Dian Fadhilatun Nawaroh |
Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama Islam di pesantren. Biasanya santri menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai. Ruang lingkup di pondok pesantren, pada umumnya meliputi persoalan agama, metode membaca kitab kuning dan sebagainya. Namun seiring berkembangnya zaman, tidak sedikit pula pesantren yang mengkombinasikan ilmu agama dengan pengetahuan-pengetahuan informatika.
Santri di pesantren tidak hanya menuntut ilmu agama saja, tetapi juga menata akhlak dan kreativitas untuk kelak terjun ke tengah masyarakat, berbaur dengan masyarakat dan masuk kedalam organisasi-organisasi yang ada di masyarakat. Santri sebenarnya ialah cikal bakal nilai-nilai kebangsaan, baik itu lintas agama, lintas budaya maupun lintas suku. Peran santri yang utama ialah untuk menjaga dan mengawal NKRI sebagai warisan leluhur para ulama’.
Pada zaman penjajahan dulu, para santri jadi tonggak munculnya fatwa jihad fi sabilillah. Mereka rela mempertaruhkan jiwa dan raga dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Mereka memberikan sumbangsih sangat besar dalam memperjuangkan dan mempertahankan kedaulatan bangsa Indonesia. Nama mereka pun tercatat dengan tinta emas sebagai syuhada.
Fatwa resolusi jihad bermula ketika Presiden Soekarno bertanya kepada KH Hasyim Asy’ari mengenai hukum mebela tanah air dari ancaman penjajah menurut hukum Islam. Saat itu pun KH Hasyim Asy’ari tidak langsung menjawab melainkan meminta pendapat kepada para kyai. Berkat fatwa tersebut pihak sekutu dari Kerajaan Inggris yakni Jendral Mallaby tewas dalam pertempuran melawan arek-arek suroboyo di Surabaya pada tanggal 30 Oktober 1945.
Kini santri berperan penting dalam mengisi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengorbanan santri terhadap negeri yang tercatat dalam sejarah patut dihargai. Hari Santri Nasional yang diperingati pada 22 Oktober menjadi sebuah penghargaan kepada santri atas segala perjuangan yang telah dilakukannya dalam memerangi penjajah dan merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah.
Diperolehnya kemerdekaan yang membangun harkat dan martabat bangsa, keadilan dan kesejahteraan masyarakat tercapai, hingga kini menjadi bangsa yang rukun dan makmur berlandaskan Pancasila. Di dalam pesantren para santri tidak hanya menuntut ilmu saja tapi juga melakukan berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan kreativitas. Hal itu secara tidak langsung berdampak pada kemajuan bangsa, seperti pemberian takjil gratis pada Ramadan. Ini sebagai bentuk sedekah dan mengajarkan pentingnya saling tolong menolong.
Selain fokus pada pengembangan diri, santri juga harus berkontribusi dalam ruang dakwah yang bebas ini. Medianya sekarang mudah dan banyak. Tradisi menulis dan literasi harus mulai dibangkitkan. Apalagi saat ini banyak sekali tulisan, berita dan informasi tidak kurang bisa dipercaya mudah dijumpai. Maka, santri harus hadir di tengah tengah hiruk-piruk tersebut.
Dalam jiwa santri tentu tertanam panca-jiwa, panca-jangka, panca-bina dan panca-dharma. Semua itu dituangkan dalam semangat mengisi kemerdekaan bangsa sehingga menumbuhkan rasa semangat dalam belajar, rasa bangga dan cinta tanah air. Ada empat ruh santri yang dapat menjadi potensi negara untuk memajukan bangsa ini. Pertama, santri terdidik dengan sikap kemandirian, di mana satu ciri orang-orang sukses adalah memiliki jiwa mandiri.
Kedua, santri memiliki sifat pengabdian. Filosofi kerja di pesantren adalah mengabdi. Maka jangan heran orang yang baru mengenal guru, ketika ditanyakan berapa gajinya, mereka menjawab ”tidak ada gaji”. Lalu bagaimana mereka hidup, makan apa dan sederet pertanyaan yang lain. Tetapi nyatanya mereka telah dapat hidup dengan tenang dalam kesederhanaan. Sesungguhnya kondisi inilah yang membuat mereka lebih siap dan memiliki rasa sosial yang tinggi.
Ketiga, ruh jihad. Definisi jihad di sini adalah tekat dan komitmen yang kuat dalam mengarungi samudera penderitaan serta memecah kebuntuan bangsa dengan tingkat kesungguhan yang kuat akan dapat menaklukkan dunia. Sikap ini pula yang menyebabkan santri berani bergerak melawan penjajah meskipun harus berhadapan dengan kubangan darah.
Keempat, cinta ilmu dan wawasan yang luas.; Hidup dalam dunia ilmu pengetahuan membuat santri harus mencintai ilmu pengetahuan. Salah satu alasan Islam dapat diterima sebagai agama oleh penduduk dunia, karena mengajarkan cinta kepada ilmu pengetahuan.
Kelima metode mengaji dan mengkaji. Selain dapat bimbingan, teladan dan transfer ilmu langsung dari kiai, di pesantren diterapkan juga keterbukaan kajian yang bersumber dari berbagai kitab. Bahkan terkadang sampai kajian lintas-mazhab.
Bangsa yang maju bukan hanya ditentukan oleh sumber kekayaan materi, tetapi kekayaan intelektual lebih berharga. Bangsa kita adalah bangsa yang kaya dengan sumber daya alam. Tetapi sampai sekarang Negara masih tetap dalam cengkraman hutang, karena sumber daya manusianya yang kurang.
Santri harus menjadi sosok yang tangguh di tengah terpaan badai kehancuran moral dengan berbagai modus dan motif. Untuk memperingati hari kemerdekaan para santri biasanya mengadakan berbagai perlombaan yang edukatif dan berdampak positif bagi mereka. Tentu saja cara mengisi kemrdekaan itu sesuai dengan kapasitas santri seperti lomba membaca kitab kuning, musabaqoh tilawatil qur’an, lomba pidato atau public speaking dan lain sebagainya.
Lomba berpidato melatuh kemampuan pubik speaking para santri sehingga bila kelak sudah terjun ke masyarakat mereka sudah terbiasa dan tidak akan terjadi kesalahan. Musabaqoh tilawatil qur’an mengajarkan pada santri cara membaca Al-Qur’an dengan baik benar dan indah.
Dalam perlomdaan perlombaan tadi para santri tidak kalah saing dengan pelajar di sekolah formal yang mungkin sudah terbiasa berbicara di depan umum. Bahkan, dalam berberapa kompetisi santri kebih unggul daripada pelajar di sekolah formal.
Peran santri dan pelajar dalam mengisi kemerdekaan paling sederhana adalah dengan belajar. Belajar merupakan sarana pendidikan yang ampuh mendidik generasi bangsa menuju lebih baik. Mendukung segala upaya pemerintah untuk memajukan bangsa, mencintai produk dalam negeri dan lain sebagainya. Santri juga termasuk pelajar. Hanya saja dibedakan dari apa yang dipelajarinya. Sekarang banyak santri yang juga bersekolah formal di pesantren yang menggabungkan pendidikan agama dengan formal.
Tanpa meninggalkan pendidikan nasional, pondok pesantren juga mengajarkan arti penting kearifan lokal untuk merawat kebudayaan sendiri. Santri juga memiliki rasa kekeluargaan yang sangat tinggi, rasa empati pun juga sangat melekat pada santri. Santri benar-benar menganggap guru sebagai orang yang menyampaikan ilmu. Tanpa guru, kehidupan manusia akan tersesat, santri juga memiliki semangat kerja keras yang tinggi. Sehingga mampu mengatasi persoalan ketika terjun kedalam masyarakat.
Santri diharapkan menguatkan niat dalam peranannya terhadap kemajuan Negara. Santri diharapkan memperkuat barisannya, membangun kultur ramah lingkungan dan mengkukuhkan prinsip-prinsip untuk selalu merawat taman perdamaian di alam Indonesia. Dalam posisinya sebagai warga negara yang baik, santri harus memenuhi janji kemerdekaan dengan cara membela negara, menjaga Pancasila dan merawat NKRI.
Dari rekam jejak kepeloporan para santri dan ulama’dalam mengisi sejarah bangsa Indonesia, terutama terkait menjaga kedaulatan NKRI dalam konstitusi, maka perlu dipahami bersama oleh para santriu ntuk terus melanjutkan tradisi ini. Para santri tentu tetap bisa mengisi kemerdekan melalui bidang yang berbeda, sesuai dengan peran yang ingin dimainkan.
Para ulama dan alumnus pesantren terdahulu telah memberikan contoh kepada kita bagaimana melobbi lawan untuk mencapai titik temu. Mereka juga tidak ragu-ragu dalam menebas musuh untuk sebesar-besarnya, demi kemaslahatan umat, bangsa dan NKRI.
Pada intinya kaum santri sangat berperan dalam memperjuangkan, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Saat ini mereka harus meneruskan perjuangan terdahulunya. Berbagai upaya untuk melidungi bangsa dan negara serta rela menyerahkan jiwa dan raga untuk melindungi NKRI harus dilakukan. Santri tidak boleh membedakan status dan strata dalam pergaulan dan lain sebagainya.
0 Komentar