Tim Jelajah menapaki jejak petualang dengan menyusuri salah satu gugusan Gunung Lasem yang bernamakan Gunung Kura-Kura. Dengan dipandu oleh Bapak Suparmanto selaku Fasilitator Lingkungan Perhutani di Desa Dadapan Dukuh Siwalan Sukun Kecamatan Sedan Kabupaten Rembang. Beliau ditugaskan sebagai Polhut di petak 13 C wilayah RPH Sidowayah. Jumat (12/08/2021)
Suparman menjelaskan bahwa terbentuknya Gunung Kura-Kura ini disebabkan karena gundukan yang ada dipermukaan serupa dengan kepala dan batok hewan yang bernamakan kura-kura. Dengan pemandangan yang masih asri dan rindang membuat perjalanan kian menyenangkan, walaupun lokasi pendakian gunung tersebut sangat ekstrim dan miring.
"Disini bukan hanya terdapat hasil tanaman yang sering kita tanami, seperti buah-buahan, dan tanaman keras, akan tetapi di gunung ini terdapat beberapa situs makam dari leluhur (Mbah Suro) dan fosil-fosil dari binatang laut khususnya kerang laut yang jarang ditemukan di dalam gunung, walaupun memang belum pernah dijamah oleh warga sekitar sini." Ujar Suparmanto.
Situs makam Mbah Suro dan beberapa fosil tersebut terletak pada puncak Gunung Kura-Kura. Yang diperkirakan keberadaanya sudah ada sejak abad ke-15.
"Konon ceritanya, Mbah Suro ( leluhur ) yang terkenal sebagai lelaku yang ingin mengunjungi situs yang ada di Argopuro, karena usia yang sudah terlalu senja akhirnya beliau sakit dan meninggal tepat di lereng Gunung Kura-Kura yang diapit oleh dua pohon jaranan yang sangat besar." Tambah Suparmanto
Beliau juga menjelaskan bahwa hutan lindung yang ada di gunung ini proses penanamanya bukan dengan bahan pupuk kimia, tapi dengan menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran sapi guna dalam menjaga kesuburan tanah dari dampak panjang dalam penggunaan pupuk kimia.
Berhubungan dengan adanya Gunung Kura-Kura, menurut tuturan beliau, persentase respon warga desa yang ada di Woro Kragan ini sangatlah membantu dalam menjaga kelestarian hutan lindung ini. Bukan hanya itu, kami juga membantu masyarakat sekitar dalam menjaga kestabilan perekonomian warga.
"Sikap warga terkait ini sangatlah membatu kami dalam pelestarian hutan lindung dan gunung. Dengan berbagai proses yang dilalui seperti pendekatan dengan kepala desa setempat, karang taruna, anak pramuka serta pegiat lingkungan.” Imbuhnya.
Dengan demikian, pelaksanaan penjagaan dalam melestarikan lingkungan alam semakin kongkrit dan baik. Dibayangkan, jika hanya perhutani saja yang bertindak tanpa pelaku lain yang terlibat , mungkin tidak akan seperti ini.
Penulis : Ayu Lestari
0 Komentar