Dalam rangka menyambut HARGANAS (Hari Keluarga Berencana Nasional) 29 Juni 2022 mendatang, saya ditemani kawan perkuliahan saya berkunjung ke kantor BKKBN Sarang. Di sana, kami disambut ramah dan penuh antusias Ibu Miknaah selaku ketua kantor, seorang aktivis PMII Yogyakarta pada masa pemerintahan Orde Baru. Beliau juga didampingi tim PLKB Sarang.
Awal berjumpa dengan Bu Miknaah, saya merasakan aura yang familier dengan karakter saya. Tak heran, kami bisa bercengkerama dengan segera. Saya dipanggil "nduk", sapaan seorang ibu kepada putri kesayangannya.
Bu Miknaah berpesan tentang urgensi pencegahan & penanganan stunting di Indonesia. Beliau menaruh harapan kepada para aktivis guna menggalakkan dan menyukseskan program ini. Agak tertegun ketika bu Miknaah menyampaikan pencegahan stunting karena hal tersebut sangat sederhana tetapi tidak disadari. Mulai dari menjaga nutrisi tubuh, pola makan, istirahat cukup, dan tidak merokok. Sebuah kegiatan yang bisa dibilang tak jauh-jauh dari mahasiswa, apalagi yang aktivis.
Ketika anak terindikasi stunting, pihak kesehatan akan hadir mengintervensi guna menangani hal tersebut. salah satu wujud pemerintah dalam menanggulangi stunting di Indonesia dengan membekali kader PKK berupa fasilitas yang menunjang kegiatan terkait.
Sekolah/Madrasah pertama bagi seorang anak adalah ibunya. Jika seorang calon ibu tidak dibekali pengetahuan tentang dirinya, bagaimana ia mengejawantah jadi madrasah bagi anak-anaknya kelak? Kemandekan suatu kehidupan sekaligus dimulainya kemunduran peradaban perempuan ialah tumbuhnya pemikiran bahwa "aku sudah pernah, aku gak mau, bodo amat udah gak mood, terserah lah aku mau pulang, ihh gak asik", karena ia tidak mau mengkaji ulang keperempuanan yang punya 1 akal dan 9 perasaan.
Penulis : Cahaya Choirina
Editor : M. Fikri Musoffa
0 Komentar