Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan
(PBAK) adalah event tahunan tiap kampus. Disebut demikian karena PBAK diselenggarakan
setahun sekali sebelum tahun ajaran akademik bermula. Toh jika PBAK ditiadakan meski
sekali saja, sebutan kampus/perguruan tinggi untuk sepetak gedung atau bangunan
bisa saja raib. Ya begitu. Gak sewajarnya kampus-kampus pada umumnya. Istilah
jawanya nyalahi adat.
Jika diangan-angan lagi, apa susahnya event
tahunan? Apa ribetnya mempersiapkan satu agenda yang tiap tahunnya pasti ada
dan harus terselenggara? Dalam situasi dan kondisi yang musykil dan susah
dicerna otak, PBAK harus terrealisasi. 2 tahun lalu, pandemi sedang
ganas-ganasnya, ada opsi PBAK online. Itu contoh kecil betapa memaksanya,
betapa mendesaknya, betapa krusialnya urgensi PBAK berlangsung. Namun, bukan
asal “yang penting PBAK” jalan. Ada unsur yang jauh lebih utama dan paling
diutamakan ketika PBAK menjelang, yakni kesiapan kampus itu sendiri. Entah dari
merencanakan hal yang kasat mata sampai yang perlu diraba-raba.
PBAK tahun ini bakal asyik, nyentrik, ngikik, pelik,
dan sarat akan delik. Kok bisa gitu? Sebagai sesama MABA (Mahasiswa Banget),
akan saya beri bocorannya, tetapi seonggok saja. Kalau semua, takutnya tulisan
ini akan turah-turah dan si admin bakal dikenai biaya tambah.
Bulan lalu entah Juni atau Juli mahasiswa STAIKA sudah gembira.
Rasa gembira mereka melebihi seorang remaja yang mendapat notif chat doi-nya.
Kegembiraan itu macam-macam sebabnya. Ada yang sudah berencana liburan, kencan
seharian bareng ayang, ada yang sibuk mengejar ketertinggalan, dan yang paling
dinanti, sebentar lagi mereka punya adek tingkat. Untuk calon maba, jangan
takut. Kami sebagai
kakak tingkat tidak galak kok, kami insan penuh kasih dan iba kepada maba.
Tujuan tulisan ini untuk menguatkan hati kalian menghadapi getirnya pertarungan
di dunia STAIKA.
Ciri khas sekaligus kebiasaan yang menjelma jadi
norma sebuah STAIKA adalah serba njujak, dadakan, sat-set, pantese
piye penake piye. Tidak ada sebulan sebelum hari-H PBAK, kepanitiaan baru
terbentuk. Yang jelas, panitia dari unsur mahasiswa. Itu dari sisi panitia,
belum dari sisi lembaga STAIKA sendiri, mungkin mereka yang nongkrong di atas
punya strategi tersendiri, tetapi tetap dengan gayanya yang sekonyong-konyong.
Untuk calon MABA sekalian, anda semua punya dua pilihan. Pilih satu ya silakan, mau pilih keduanya tidak ada yang keberatan. Kalian pilih jadi mahasiswa sejati yang hanya kuliah-pulang-kuliah-pulang tanpa ada beda semasa SLTA, atau berjibaku mempertahankan dan memperjuangkan gelar “mahasiswa” yang katanya idealismenya tinggi tak terbeli.
0 Komentar